About Pulau Bawean
Perkata Bawean berasal dari bahasa Sansekerta, yang bermaksud ada sinar matahari. Menurut legenda, sekitar tahun 1350, sekelompok pelaut dari Kerajaan Majapahit telah dihanyutkan oleh badai di Laut Jawa dan akhirnya terdampar di Pulau Bawean pada saat matahari terbit. Awal abad ke-16, agama Islam masuk ke Bawean yang dibawa oleh Maulana Umar Mas'ud. Makamnya hingga kini masih menjadi tumpuan pelancong.
Pulau Bawean juga dikenali sebagai Pulau Putri kerana ramai lelaki dari pulau itu telah berhijrah ke luar untuk mencari rezeki di perantauan. Diameter pulau Bawean kira-kira 12 kilometer dan jalan yang melingkari pulau ini kira-kira panjangnya 70km. Pulau Bawean memiliki keindahan panorama yang cukup menawan, terutama pantai-pantainya. Ada juga sebuah tasik yang terletak tepat di tengah-tengah pulau bernama Danau Kastoba. Beberapa pulau kecil juga tidak kalah menarik untuk dikunjungi.
Jumie and Media Bawean
Banyak aku berceloteh pasal tanah asal usul ku. Walaupun aku belum pernah menjejak kaki kesana. Tapi aku amat bangga untuk bercerita. Kesungguhan aku sebagai blogger tegar yang sering menceritakan tentang obsesif aku tentang Bawean telah menarik wartawan local dari Pulau Bawean sendiri yang mewakili Media Bawean untuk mengunjungi blog aku. Kunjungan hormat itu juga disusuli dengan satu sesi temu ramah melalui Yahoo Messenger. Perbualan panjang itu sungguh menyeronokkan. Aku banyak berkongsi pengalaman dan kisah sebagai anak Bawean di Penang, Malaysia.
Hatta, kisah aku telah dipaparkan dalam Media Bawean pada tanggal 24 Disember 2008.
Sukses Dengan Tidak Melupakan Bawean
Media Bawean, 24 Desember 2008
Jumizah Samsudin (23 th.) di Penang Malaysia, keturunan asli Pulau Bawean antara Gelam dan Pekalongan memiliki prinsip "Sukses dengan tidak melupakan daerah asal usulnya".
Menurut Jumie, mengatakan, "Dari sejak kecil orangtua selalu berpesan untuk tidak melupakan daerah asalnya Pulau Bawean, meskipun kami sendiri sampai hari ini belum menginjakkan kaki di Bawean,"katanya.
"Kehidupan dalam keluarga masih mempertahankan nilai dan adat Bawean, bahasa sehari-hari masih mengunakan bahasa Bawean. Sehingga kehidupan Bawean dalam keluarga sangat melekat dan sulit untuk melupakan Bawean," ujarnya.
"Melihat kondisi dan keadaan warga Bawean di Malaysia, antara sekarang dan dahulu sangat berbeda". Diantaranya menurut orang terdahulu, mengatakan "bahwa persatuan dan kesatuan warga Bawean di Penang sangat kuat dan memiliki pemimpin semacam Pak Lurah atau kepala kampung pada tahun 1950 sampai 1990. Tapi sekarang sudah tidak ada lagi, bahkan mereka (keturunan Bawean : Red.) merasa sungkan untuk mengakui Pulau Bawean sebagai asal usulnya dilahirkan," jelas Jumizah.
"Sebenarnya orang Bawean di Malaysia banyak yang sukses dan berhasil, tapi kenyataannya sangatlah minim diantara mereka berfikir untuk kemajuan Pulau Bawean," ujar Jumizah Samsudin yang sekarang aktif sebagai Asisten Administratif Sekretaris di Universiti Sains Malaysia (USM), Penang Malaysia.
Jumizah Samsudin meskipun tidak pernah ke Bawean, tapi bahasa Bawean masih fasih. Sementara prestasinya sebagai Juara Bintang USM dan memiliki usaha makeup.(bst)
Menurut Jumie, mengatakan, "Dari sejak kecil orangtua selalu berpesan untuk tidak melupakan daerah asalnya Pulau Bawean, meskipun kami sendiri sampai hari ini belum menginjakkan kaki di Bawean,"katanya.
"Kehidupan dalam keluarga masih mempertahankan nilai dan adat Bawean, bahasa sehari-hari masih mengunakan bahasa Bawean. Sehingga kehidupan Bawean dalam keluarga sangat melekat dan sulit untuk melupakan Bawean," ujarnya.
"Melihat kondisi dan keadaan warga Bawean di Malaysia, antara sekarang dan dahulu sangat berbeda". Diantaranya menurut orang terdahulu, mengatakan "bahwa persatuan dan kesatuan warga Bawean di Penang sangat kuat dan memiliki pemimpin semacam Pak Lurah atau kepala kampung pada tahun 1950 sampai 1990. Tapi sekarang sudah tidak ada lagi, bahkan mereka (keturunan Bawean : Red.) merasa sungkan untuk mengakui Pulau Bawean sebagai asal usulnya dilahirkan," jelas Jumizah.
"Sebenarnya orang Bawean di Malaysia banyak yang sukses dan berhasil, tapi kenyataannya sangatlah minim diantara mereka berfikir untuk kemajuan Pulau Bawean," ujar Jumizah Samsudin yang sekarang aktif sebagai Asisten Administratif Sekretaris di Universiti Sains Malaysia (USM), Penang Malaysia.
Jumizah Samsudin meskipun tidak pernah ke Bawean, tapi bahasa Bawean masih fasih. Sementara prestasinya sebagai Juara Bintang USM dan memiliki usaha makeup.(bst)
ps/ “Every human being, of whatever origin, of whatever station, deserves respect. We must each respect others even as we respect ourselves.”
orait la tuh...
ReplyDeleteat least tau gak asal usul...
cam aku nih...confuse2...
cakap jek org melayu...tapi leh kata melayu yang tak pure...tengok bapak aku pun cukup ah...nak kaji tapi...ntah...abaikan jek...ekeke...glemer la ang kene interview...
Realitinya org boyan ni lupe diri bila duk singapore, padahal bukan penduduk asal. Siap pandang rendah lagi kat melayu lain. Best bukan hidop menongkat langit? Simpan lah perangai buruk tu di pulau asal kamu, jgn dibawa merata2. Bikin busuk nama bangsa kamu je di Malaysia & Singapore. Maaf kami melayu semenanjung tak reti nak respect org sombong dan bongkak. Peace.
ReplyDeleteuishhh....sabakk...sabakkkkkk :)
Delete